Membangun Jati Diri Remaja
Membangun Jati Diri Remaja merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 11 Ramadhan 1446 H / 11 Maret 2025 M.
Kajian Tentang Membangun Jati Diri Remaja
Secara sederhana, jati diri dapat diartikan sebagai upaya membangun persepsi positif tentang diri sendiri dan menggali potensi yang dimiliki. Setiap manusia harus memahami potensi serta kelebihan yang telah Allah anugerahkan kepadanya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
”Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.” (QS. Ad-Duha[93]: 11)
Allah telah menitipkan berbagai potensi dalam diri setiap individu, dan menjadi kewajiban bagi kita untuk menemukannya. Ketika seseorang berhasil mengenali potensi dirinya, maka ia akan lebih mudah untuk mensyukurinya.
Ada dua manfaat utama dalam menemukan potensi diri:
- Mensyukuri nikmat Allah – Dengan mengenali kelebihan yang ada dalam dirinya, seseorang akan lebih bersyukur atas anugerah yang telah diberikan.
- Memanfaatkan potensi untuk kebaikan – Potensi yang ditemukan dapat digunakan untuk mencapai hal-hal positif dan memberikan manfaat dalam kehidupan.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain.” (HR. Ahmad)
Agar kita dapat memberi manfaat lebih bagi sesama, tentu kita harus mengenali dan mengembangkan potensi diri terlebih dahulu.
Orang tua dan pendidik memiliki peran penting dalam membantu remaja membangun persepsi positif tentang dirinya serta menemukan potensi yang mungkin masih tersembunyi. Beberapa langkah yang dapat dilakukan yaitu membantu remaja untuk menerima dirinya apa adanya. Remaja perlu diajarkan untuk menerima diri mereka dengan penuh kesadaran bahwa segala sesuatu yang diberikan Allah adalah anugerah yang harus disyukuri.
Mereka tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain, karena setiap individu memiliki keistimewaannya masing-masing. Penerimaan diri ini adalah bagian dari qana’ah (القَنَاعَة), yaitu sikap menerima apa yang Allah berikan dengan penuh keikhlasan dan kepasrahan.
Kemudian menanamkan sikap qana’ah dan bersyukur. Remaja perlu memahami bahwa menerima diri sendiri merupakan bentuk syukur atas nikmat Allah. Mereka harus diajarkan untuk melihat diri mereka dengan penuh kebanggaan, bukan merasa kekurangan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
”Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim[14]: 34)
Dengan membangun kesadaran ini, remaja akan mampu melihat kelebihan yang mereka miliki, bukan hanya fokus pada kekurangan. Hal ini akan membantu mereka berkembang menjadi pribadi yang lebih percaya diri dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar.
Ketika seseorang melihat lebih dalam ke dalam dirinya, ia akan menyadari kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Hal ini akan mendorongnya untuk lebih bersyukur atas anugerah yang telah Allah berikan kepadanya.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus memberikan semangat kepada remaja agar mereka dapat mengembangkan kepribadian mereka dengan cara yang tepat. Dalam diri manusia terdapat dua sisi, yaitu sisi positif dan sisi negatif. Ada sifat-sifat baik yang Allah anugerahkan kepada mereka, namun di samping itu, terdapat pula sifat-sifat negatif yang harus dikendalikan dan diperbaiki.
Sebagaimana seorang sahabat Nabi Shallallahu ’Alaihi wa Sallam yang memiliki dua sifat baik, yaitu al-hilm (kelembutan) dan al-anat (kehati-hatian). Ketika ia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam, “Apakah sifat ini berasal dari usaha yang aku lakukan atau merupakan pemberian dari Allah?”
Maka Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam menjawab:
إِنَّ اللَّهَ قَدْ جَبَلَكَ عَلَيْهِمَا
“Sesungguhnya Allah telah menciptakanmu dengan sifat tersebut.” (HR. Abu Dawud)
Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat positif tertentu adalah anugerah langsung dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah ditetapkan bahkan sejak seseorang berada dalam rahim ibunya. Namun, di samping itu, manusia juga memiliki sisi negatif.
Setiap manusia pasti memiliki hawa nafsu, yang sering kali menjadi sumber dari sifat-sifat negatif. Ada orang yang memang sejak lahir memiliki kecenderungan temperamental, mudah tersinggung, atau kurang sabar. Hal ini bukan semata-mata hasil dari latihan atau kebiasaan, tetapi memang sudah menjadi bagian dari fitrah manusia.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚ
”Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. Ar-Ra’d[13]: 26)
Begitu pula dalam aspek sifat dan kepribadian, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi berbagai karakter kepada manusia sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk menyadari bahwa mereka harus bangga dengan diri mereka sendiri dan meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak pernah mengurangi nikmat-Nya kepada mereka.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55005-membangun-jati-diri-remaja/